Rabu, 11 Maret 2009

Sosialisasi Fasilitator Reflikasi PNPM

Sosialisasi Fasilitator PNPM ( Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) dalam proyek reflikasi PNPM yang di selenggarakan Aula Kecamatan Cikupa pada hari Sabtu, 7 Maret 2009. Latar belakang acara ini diselengarakan oleh Karang Taruna karena PNPM mempunyai persamaan tujuan dengan Karang Taruna yaitu Pemberdayaan masyarakat dalam proses Pembangunan sehingga efektif dalam pemecahan permasalahan sosial yaitu masalah pengangguran dan peningkatan perekonomian di wilayah kabupaten. Pemuda harus menjadi pelaku dalam proses pembangunan di Kabupaten Tangerang, dan anggota Karang Taruna di tiap-tiap desa seharusnya dapat berpartisipasi sebagai fasilitator PNPM di wilayahnya tegas Ketum KT Kabupaten Tangerang bung Jamaludin dalam sambutan acara tersebut.

Hadir sebagai Narasumber pada acara tersebut Bung Wawan Sanwani sebagai koordinator program reflikasi PNPM Kabupaten Tangerang, dalam kesempatan ini Bung Wawan memaparkan tentang Program-program PNPM dan menjelaskan bahwa anggota Karang Taruna yang mempunyai potensi dan memenuhi persyaratan teknis maupun akademis dapat berperan dalam fasilitator PNPM. Selain sebagai fasilitator PNPM anggota Karang Taruna juga dapat berpartisifasi dalam program Relawan Perkotaan (Kelompok Belajar Perkotaan), KSM (Kerja Swadaya Masyarakat), BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat).


Peserta sosialisasi ini adalah Perwakilan Pengurus Karang Taruna Kecamatan se-wilayah Kabupaten Tangerang.


Lanjut membaca “Sosialisasi Fasilitator Reflikasi PNPM”  »»

Kamis, 26 Februari 2009

Petunjuk Penggunaan Promi

Promi adalah pormula microba unggul yang mengandung mikroba pemacu pertumbuhan tanaman, pelarut hara terikat tanah, pengendali penyakit tanaman, dan dapat menguraikan limbah organikpertanian/perkebunan. Bahan aktif promi adalah mikroba unggul asli indonesia yang telah di seleksi dan di uji di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia yaitu Trichoderma harzianum DT 38,T; pseudokoningii DT 39; dan aspergillus sp.



Penggunaan promi sangat luas antara lain ;
- langsung diaplikasikan ke tanah/tanaman,
- untuk memperkaya kompos dengan mikroba yang
bermanfaat, dan
- diaplikasikan pada saat pembuatan kompos limbah organik/pertanian

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi

Bahan :
Jerami, rumput-rumputan, seresah,air dan jika ad
a kotoran ternak/pupuk kandang.

Peralatan :
Sabit/parang, ember/bak untuk tempat air, ember untuk menyiram aktivator, tali, cetakan dari bambu/kayu, plastik penutup/terpal, sekop garpu/c
angkul.

Dosis :
Promi terdiri dari 2 bagian, yaitu T dan A. Dosis Promi adalah masing-masing 1/4 kg untuk setiap 1 m3 bahan.

Tahapan
















1. Masukan air ke dalam bak/ember. Volume air yang diperlukan kurang lebih 300L untuk setiap 1 m3



2. Masukan Promi ke dalam bak sesuai dosis yang diperlukan. Aduk hingga tercampur merata.









3.
Siapkan cetakan bambu
4. Masukan jerami lapis demi lapis







5. Si
ramkan Promi pada setiap lapisan secara merata.
6. Padatkan setiap lapisan jerami dengan cara diinjak-injak.






7. Setelah cetakan penuh, buka cetakan bambu.
8. Tutup tumpukan jerami dengan plastik

























9. Ikat plastik dengan tali. Beri pemberat pada bagian atas plastik.
1
0. Tumpukan jerami dibiarkan selama 2 - 4 minggu.



Pengamatan

Setelah inkubasi dua minggu, lakukan pengamatan
hingga ke bagian dalam tumpukan. Buka plastik penutup dan amati tumpukan jerami tersebut. Pengomposan berjalan baik apabila :
- terjadi penurunan tinggi tumpukan
- jika dipegang terasa panas
- tidak berbau menyengat
- tidak kering

- jerami mulai lunak

Lakukan hal-hal berikut :
- apabila tumpukan tidak panas dan jerami kering, maka tambahkan air secukupnya.
- apabila berbau menyengat dan tumpukan terlalu basah, maka tancapkan bambu yang telah di lubangi untuk menambah aerasi.
- jika perlu lakukan pembalikan.

Kompos dipanen apabia telah cukup matang. Ciri kompos telah matang :



- berwarna coklat kehitam-hitaman,
- lunak dan mudah dihancurkan,

- suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
- tidak berbau menyengat, dan
- volume menyusut hingga kurang lebih setengahnya.


Aplikasi

Kompos yang dihasilkan adalah kompos diperkaya yang mengandung mikroba bermanfaat,
yaitu : Trichoderma harzianum yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.
T. pseudokoningii yang dapat mengendalik
an tanaman dan Aspergillus sp yang dapat melarutkan fosfat.

Kompos diaplikasikan di tempat jerami tersebut diambil.










Lanjut membaca “Petunjuk Penggunaan Promi”  »»

Rabu, 25 Februari 2009

Membuat Kompos Sederhana

Membuat Kompos

Seorang teman, CB, bilang kepadaku, 'Mbok ya diterangkan bagaimana cara membuat kompos ala kamu, gitu. Agar semua orang percaya kamu itu memang enggak cuman cuap-cuap doang!'. Aku pikir, ada baiknya juga. Berikut adalah langkah sederhana membuat kompos yang sangat tidak memerlukan daya yang besar. Sungguh!




1. Siapkan Reaktor Kompos (Komposter)
Ketika aku pindah ke Cimahi sebulan yang lalu, reaktor yang telah kubuat setahun yang lalu kubawa serta. Reaktor ini adalah wadah yang terabut dari PVC, drum berukuran kira-kira 1 m-kubik. Walaupun reaktor komposku terbuat dari drum PVC (seperti yang terlihat pada Gambar di atas), sebenarnya reaktor ini bisa dibuat dari apa saja. hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah, reaktor ini harus memiliki sistem ventilasi yang bagus. Reaksi pengkomposan adalah memang jenis reaksi yang memerlukan udara. Jika reaktor ini tidak memiliki sistem ventilasi yang baik, proses pembusukan yang terjadi juga akan menghasilkan bau busuk akibat dari pembentukan amoniak dan H2S.


2. Persiapan Bahan Organik
Siapkan bahan (atau sampah) organik yang akan dikomposkan. Sampah organik yang disiapkan bisa berasal apa saja, misalnya dari sisa sayuran, nasi, atau potongan-potongan tanaman dari kebun. Agar kompos tidak berbau, hindari memasukkan daging, tulang dan minyak. Sebelum dimasukkan ke dalam reaktor kompos, bahan-bahan tadi sebaiknya dipotogn kecil-kecil agar proses dekomposisinya menjadi lebih cepat dan lebih sempurna.


Proses pembusukan atau dekomposisi memerlukan bakteri pengurai. Jadi, alangkah baiknya jika bahan-bahan tadi dicampur terlebih dahulu dengan sumber bakteri pengurai sebelum dimasukkan ke dalam reaktor kompos. Sumber bakteri pengurai yang paling mudah didapat adalah pupuk kandang (kotoran ternak). Bakteri pengurai yang dapat digunakan untuk membantu proses pengomposan juga dijual di toko-toko penjual pupuk. Salah satunya adalah EM4 (Effective Microorganism 4) yang aku beli di Cihideung seharga Rp. 15000,- sebotol berukuran 1 liter.




3. Siram dan Aduk
Agar proses pengomposan berjalan dengan sempurna, media harus mengandung kira-kira 50% air. Jadi jangan lupa untuk selalu menyiram media kompos ini setiap hari dengan air secukupnya. Bila perlu, bolak-balik media kompos setiap hari agar proses aerasi berjalan sempurna. Selama proses pengomposan, sering kali lalat menjadi masalah yang menjengkelkan. Oleh sebab itu, kuusahakan agar setiap lubang di reaktor komposku kututup dengan kawat kasa. Bila bau tak sedap keluar, tambahkan air dan EM4, dan bau segera menghilang. Jika proses ini berjalan dengan baik, setelah 5 hari volume sampah yang dimasukkan akan menyusut kira-kira menjadi hanya 25% dari volume awalnya. Jadi untuk skala rumah tangga, reaktor kompos berukuran 1 m-kubik sudah lebih dari cukup.


4. Panen
Kompos siap dipanen setelah diproses kira-kira 2-3 minggu, bergantung pada tahap pemrosesnya. Pada reaktor komposku, sengaja kubuat sebuah sistem sederhana sehingga proses pemanenan kompos dilakukan dari dasar reaktor. Kompos yang diperoleh adalah lumpur hitam yang mengandung air kira-kira 50%. Sehingga, untuk mendapatkan kompos kering, lumpur tadi harus dijemur. Biasanya, lumpur yang kuperoleh langsung kupakai sebagai media tanaman di kebunku. Jadi tidak perlu dijemur dahulu.


Mudah, kan? Sederhana dan jauh lebih sehat. Sejak setahun yang lalu, aku tidak pernah lagi membuang sampah organik. Sampah organik yang kuhasilkan, kupakai sendiri.

Moga-moga CB puas! :-)"
Sumber :Bandung's Waste



Lanjut membaca “Membuat Kompos Sederhana”  »»

Selasa, 24 Februari 2009

Cara Mudah Membuat Kompos

Cara Mudah Mengolah Sampah Pasar 1

Masalah sampah menjadi salah satu permasalahan di setiap kota, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Penangangan masalah sampah yang tidak baik akan menimbulkan dampak yang luas, tidak saja bagi lingkungan, tetapi juga berdampak buruk bagi perekonomian, dan sosial. Contoh kongkrit adalah permasalahan sampah di kota Bandung beberapa waktu yang lalu.Penanganan masalah sampah sebenarnya tidak terlalu susah. Namun juga tidak sederhana. Untuk menangani masalah sampah ini diperlukan kemauan yang kuat baik dari pemerintah maupuan masyarakat. Kami ingin berbagi pengalaman tentang penanganan sampah organik pasar. Kegiatan ini adalah hasil kerjasama Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia dengan Yayasan Danamon Peduli. Tulisan ini ditulis berdasarkan laporan dari Dian Al Arief B yang berada di lapangan selama beberapa minggu. Semoga bermanfaat.

Pasar Bunder Sragen

Pasar Bunder Sragen salah satu lokasi pe ngolahan sampah pasa r dengan PROMI

Pasar yang terletak di tengah kota sragen ini memiliki beberapa kelebihan. Pertama adalah kesadaran para pedagang pasar akan kebersihan. Setiap pedagang memiliki keranjang sampah sendiri-sendiri. Pengelola pasarpun juga menyediakan tempat sampah yang tersusun rapi dalam jarak yang dekat (3 -4 m). Perhatikan gambar di bawah ini, petugas kebersihan mengangkut sampah setiap beberapa jam sekali.

Perhatikan tong sampah yang tersusun rapi dan ada logo Danamon Peduli.

Pedagang pun sudah mulai sadar untuk memisahkan sampah organik dengan sampah non organik. Sampah sisa-sisa sayuran ditempatkan di tempat yang terpisah dengan sampah plastik.

Hal ini sangat memudahkan petugas sampah untuk sortasi sampah.

Sampah pasar yang didominasi sampah organik












Sampah non organik mudah dipisahkan

Hebatnya lagi, jika kebetulan ada sampah yang tidak terangkut oleh petugas kebersihan para pedagang dengan sukarela mengupah mbok-mbok tukang angkut untuk membuat sampah ke tempat sampah. Ongkosnya Rp. 1000 untuk setiap kali membuang sampah.

Mbok-mbok tukang angkut me mbuang sampah atas suruhan pedagang pasar.

Banyaknya sampah organik dari pasar Bunderan Sragen kurang lebih sebesar 5 ton per hari. Maka jika sampah organik ini diolah menjadi kompos maka bisa dihasilkan kurang lebih 2.5 ton kompos/hari atau kurang lebih 75 ton sebulan.

Nilai ekonominya lumayan besar juga. Misalkan saja kompos tersebut dihargai Rp. 250/kg maka nilainya mencapai Rp. 18.750.000 (Catatan:nilai ini bukan angka resmi hanya dugaan saya saja).

Selain kompos, pengolahan limbah organik pasar juga menghasilkan pupuk organik cair yang jumlahnya mencapai 180 liter/hari atau 5400 liter/bulan. Jika diasumsikan harga pupuk cair mencapai Rp. 20.000/liter maka nilainya bisa mencapai Rp. 10.800.000 /bulan (catatan: sekali lagi ini bukan angka resmi tetapi dugaan saya saja). Jika dijumlahkan maka potensi nilai ekonominya mencapai Rp. 29.550.000/bulan. Jumlah yang cukup besar. Dan saya rasa ini bisa untuk membiayai pengelolaan sampah di pasar tersebut.

Pertanyaannya kemudian adalah Siapa yang mau membeli kompos dan pupuk organik cair tersebut. Artinya bagaimana cara menjualnya dan di mana pasarnya. Sampai saat ini saya belum mendapatkan informasi yang jelas untuk hal ini.

Namun, demikian kompos dan pupuk cair ini bisa digunakan untuk banyak hal. Andaikan belum lakupun bisa digunakan untuk memupuk tanaman-tanaman di pinggir jalan, taman-taman kota,

perkantoran pemerintah, dan lain-lain. Atau melalui dinas-dinas terkait pupuk organik ini bisa diberikan kepada para petani yang ada di sragen. Banyak manfaat ganda yang diperoleh dari pengolahan sampah pasar ini.


Rumah Kompos

Untuk memperlancar kegiatan ini Yayasan Danamon Peduli membangun rumah kompos yang didesain secara khusus. Secara umum rumah kompos terdiri dari bak-bak inkubasi berjumlah sekitar 14 bak, tempat untuk menampung sampah, ruang pencacahan dan mesin pencacah, tempat untuk menampung s ampah non organik, ruang pengemasan, dan d isplay. Di dalam rumah kompos tersebut didesain pula saluran-saluran air untuk menampung air lindi yang keluar dari sampah dan ditampung di ba k fermentasi sebelum diolah menjad i pupuk cair.
















Rumah kompos yang sed ang dalam proses pembangunan.


















Bak pengomposan.


Prosedur Pengomposan

Prosedur umum pengomposan pada prinsipnya hampir sama seperti pada prosedur yang telah saya jelaskan di bagian lain . Tetapi ada sedikit modifikasi yang disesuaikan dengan karakteristik bahan yang akan dikomposkan. Langkah-langkah umumnya sebagai berikut.

1. Pengumpulan dan pemisahan sampah
Sampah dikumpulkan dari dalam pasar dan ditampung di ruang penampung an. Di tempat ini sampah non organik dipisahkan dengan sampah organik. Karena sebagian besar sampah pasar Bu nderan adala h sampah organik, tahapan ini mudah dilakukan secara manual.



















Menampung sampah sekaligus menyortir sampah non organik




2. Pencacahan Sampah
Sampah organik yang sudah terpisah dengan sampah non organik selanjutnya dicacah dengan menggunakan mesin pencacah. Tujuan dari pencacahan ini adalah untuk memperkecil dan menyeragamkan bahan baku kompos.



















3 . Penyiapan PROMI
Umumnya untuk bahan-bahan lain PROMI diencerkan dengan air , tetapi untuk sampah pasar ini PROMI tidak boleh diencerkan dengan air. Kandungan air di da lam sampah sudah cukup tinggi sehi ngga penambahan air akan kur ang baik untuk proses pengomposan. Bahan yang digunakan untuk mengencerkan PROMI adalah pasir atau tanah kering. Tanah/Pasir diayak terlebih dahulu sebelum digunakan.























4. Pecampuran PROMI di dalam Bak Pengomposan

Selanjutnya sampah yang telah dicacah dicampurkan dengan PROMI dan ditampung di bak-bak pengomposan. Sampah tidak boleh diinjak-injak, karena akan menyebabkan menjadi
padat dan kandungan udara di dalam kompos berkurang.

Setelah penuh, sampah ditutup dengan terpal plastik dan didiamkan selama 14 hari












Sampah ditutup dengan terpal plastik dan diikubasi.















Kompos matang setelah 14 hari.





5. Panen Kompos

Setelah 14 hari sampah akan berubah warna menjadi kehitaman dan menjadi lebih lunak. Kompos sampah telah cukup matang. Kompos selanjutnya dipanen dan dibawa ke tempat pengolahan lebih lanjut. Di tempat ini kompos dicacah lagi dan dikemas ke dalam karung-karung plastik.


6. Pengolahan Paska Panen
Setelah dipanen kompos dijemur untuk mengurangi kadar air kompos. Kompos yang telah kering selanjutnya dicacah agar ukurannya seragam dan menarik. Kemudain kompos dikemas ke dalam karung-karung plastik.












Penjemuran & Pengemasan



Lanjut membaca “Cara Mudah Membuat Kompos”  »»

Senin, 23 Februari 2009

Temu Konsultasi & Rapat Kerja KT. Kecamatan Kresek

Temu Konsultasi & Rapat Kerja Karang Taruna Kecamatan Kresek yang di laksanakan pada tanggal 22 Pebruari 2009 merupakan Forum Pengambilan Keputusan bagi organisasi Karang Taruna di tingkat Kecamatan yang di selenggarakan dalam rangka menyusun dan merumuskan Program Kerja Karang Taruna Kecamatan Kresek guna menjaga eksistensi dan kesinambungan organisasi Karang Taruna untuk senantiasa memberikan konstribusi positif kepada kehidupan masyarakat, kebangsaan, ke Negaraan terutama kesejahteran sosial.

Pada Raker KT. Kecamatan Kresek yang bertempat di Aula Kecamatan Kresek mengambil Tema : " Mewujudkan Tatanan Organisasi Menuju Karang Taruna Yang Visioner dan Sensitif Terhadap Berbagai Permasalahan Sosial"

Dalam kesempatan ini Ketua Umum KT. Kabupaten Tangerang Bung Jamaludin yang hadir sebagai Narasumber acara Konsultasi & Dialog menegaskan bahwa Karang Taruna masih membutuhkan kekompakan dan keguyuban dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anggota Karang Taruna, dan didayagunakan untuk kesejahteraan ekonomi. Sensitif terhadap permasalahan sosial Ketum KT. Kab Tangerang juga memberikan pandangannya bahwa Karang Taruna Kecamatan Kresek harus sensitif terhadap permasalahan sosial yang ada serta memahami karakteristik masyarakat yang ada di wilayah Kresek. Juga menyikapi tentang Sumber Daya manusia khususnya generasi muda yang lulusan perguruan tinggi harus memberikan Potensi Positif terhadap perkembangan dan kemajuan wilayah Kresek bukan sebaliknya malah menjadi Permasalahan sosial.

Karang Taruna adalah sarana untuk mengembangkan potensi pribadi dan berimplikasi terhadap perubahan atau berparadigma pemberdayaan dan paradigma kesejahteraan, menjadi pelopor terhadap kesejahteraan sosial.
di setiap desa harus ada suatu kegiatan ekonomi produktif yang menguntungkan dan digerakkan oleh Karang Taruna yang disesuaikan dengan struktur atau keadaan desa tersebut tegas Bung Jamal.

Dengan adanya Temu Konsultasi ini KT. Kecamatan Kresek termotivasi untuk melakukan kegiatan ekonomi produktif seperti Pembuatan Pupuk Organik yang disampaikan salah satu Pengurus Karang Taruna desa Jengkol Kecamatan Kresek.

KT Kecamatan Kresek mengharapkan ada anggota KT di wilayahnya yang di ikut sertakan pada Pelatihan-pelatihan yang sifatnya insentif melalui pusat-pusat pelatihan atau BLK dan bukan hanya sebatas pelatihan yang sifatnya proyektif, sehingga dapat menghasilkan tenaga-tenaga yang benar-benar terampil di bidangnya.



Dalam kesempatan ini juga Ketum KT. Kabupaten Tangerang menyempatkan mengunjungi Sekretariat Karang Taruna Kecamatan Kresek yang terletak di sekitar komplek Kantor Kecamatan Kresek. (Tampak dalam gambar Ketum KT. Kab. Tangerang yang didampingi Pengurus dari KT Kabupaten Tangerang fhoto bersama Jajaran Pengurus KT. Kecamatan Kresek)








Lanjut membaca “Temu Konsultasi & Rapat Kerja KT. Kecamatan Kresek”  »»

Senin, 16 Februari 2009

Sang Jenderal Atasi Infeksi Kemih

Ini pertanda makhluk mini Escherichia coli menginfeksi saluran kemih: panas bagai terbakar ketika berurine. Perut bagian bawah sakit dan urine keruh indikasi lain. Itulah sebabnya bagi penderita infeksi saluran kemih, berurine saat-saat paling menyiksa. Minum rebusan daun kejibeling, mampu menyudahi siksaan itu.


Bakteri anggota keluarga Enterobacteriaceae itu datang menginfeksi saluran kemih karena gaya hidup tak sehat seperti jarang mengganti pakaian dalam dan alpa membersihkan alat kelamin setelah berurine. Dalam riset ilmiah, Dr dr Indwiani Astuti, Dr dr Praseno SpMK, dan Lubena membuktikan bahwa kejibeling Strobilanthes crispus manjur mengatasi infeksi saluran kemih atau ureter.

Saluran kemih atau ureter berfungsi mengalirkan urine dari piala ginjal ke kandung kemih. Mereka memanfaatkan jasa baik 20 mencit. Saluran kemih satwa percobaan itu diinfeksi bakteri E. coli. Indwiani membagi mencit-mencit itu menjadi 4 kelompok masing-masing terdiri atas 5 ekor. Ia memberikan ekstrak kejibeling pada kelompok pertama, siprofloksasin (grup II), campuran ekstrak kejibeling dan siprofloksasin (grup III).

Grup keempat merupakan kelompok kontrol. Dosis dan frekuensi pemberian untuk ketiga kelompok sama: 0,1 cc per ekor 2 kali sehari selama 3 hari. Periset itu memperoleh ekstrak dengan merebus 500 gram daun kejibeling dalam 2 liter air hingga mendidih dan tersisa separuh. Tablet siprofloksasin lazim sebagai obat untuk mengatasi infeksi ureter yang banyak diresepkan para dokter. Indwiani melarutkan 500 gram siprofloksasin dalam 40 ml air sehingga konsentrasi menjadi 1,2 per 0,1 cc.

Koloni rendah

Pada hari ke-4 setelah perlakuan, ia mengambil ginjal dan ureter satwa percobaan, serta menumbuk secara terpisah hingga hancur. Untuk mengetahui jumlah bakteri E. coli, Indwiani 'menumbuhkan' gerusan ginjal dan ureter di media agar selama 18-24 jam pada suhu 37oC. Setelah itu ia menghitung koloni bakteri berbentuk batang itu. Hasilnya, koloni E. coli di satwa percobaan yang minum ekstrak kejibeling lebih rendah. Koloni bakteri di ginjal hanya 64 x 105, 200 x 105 (ureter), dan 0,01 x 105 per ml urine.

Bandingkan dengan koloni kuman di mencit yang minum siprofloksasin: koloni bakteri 6 kali lebih banyak ketimbang rekannya yang minum ekstrak kejibeling. Yang paling tokcer, keruan saja perpaduan ekstrak kejibeling dan siprofloksasin. Menurut ahli Farmakologi Kedokteran Universitas Gadjah Mada itu campuran kejibeling dan siprofloksasin membunuh bakteri serta menghambat replikasi DNA bakteri.

Sayangnya, dengan antibiotik siprofloksasin resesi bakteri bakal meningkat dari waktu ke waktu. Selain itu konsumsi siprofloksasin berefek samping seperti mual, muntah, diare, sakit kepala, dan gangguan kulit berupa gatal. Oleh karena itu pasien infeksi ureter berat akibat MRSA methicillin resistant Staphylococcus aureus, enterokokus, dan pneumokokus menghindari konsumsi siprofloksasin.

Kejibeling yang juga sohor sebagai ngokilo itu justru sebaliknya. 'Ngokilo bekerja dengan menstimulasi sistem imun tubuh sehingga lebih aktif dalam mengeliminasi bakteri E. coli,' kata Indwiani. Riset itu sejalan dengan hasil penelitian Drs Djoko Hargono dari Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Jakarta. Djoko menguji praklinis dengan menginjeksi 1% sel darah merah domba ke tubuh tikus winstar.

Tujuannya untuk megetahui respons imunitas darah mencit yang diberi konsumsi 9 mg, 90 mg, dan 900 mg ekstrak kejibeling per ml selama sepekan. Pemberian perasan daun kejibeling segar terbukti mampu meningkatkan respon kekebalan tubuh mencit. Itu lantaran adanya peningkatan titer antibodi alias perhitungan zat antibodi dalam darah. Menurut Djoko, senyawa perasan daun kejibeling segar diduga berperan sebagai mitogen.

Mitogen merupakan molekul penginduksi sel agar membelah. Ketika mitogen bereaksi dengan permukaan sel imun, menghasilkan perubahan sel-sel imun tubuh yang bereaksi terhadap antigen. Begitu bakteri patogen seperti E. coli menyerang, mitogen mempengaruhi sel B untuk mensekresi antibodi dengan mengaktifkan sel T penolong. Dengan adanya mitogen respon imun berlangsung lebih tinggi dan lama.

Jenderal hitam

Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, guru besar Jurusan Farmasi Universitas Indonesia, kejibeling mempunyai senyawa fenol bersifat antibakteri. 'Toksisitas senyawa fenol itu merusak membran sel bakteri dan bersifat sebagai desinfektan (bahan untuk mencegah infeksi atau pembasmi kuman penyakit, red) yang ampuh,' kata Sumali. Daun kejibeling pun kaya mineral kalium, kalsium, magnesium, dan fosfor. Kandungan senyawa organik antara lain karbohidrat, lender, steroid, triterpenoid, dan protein.

Sumali Wiryowidagdo mengatakan konsumsi kejibeling dengan merebus 8 daun setara 25 g yang dirajang kecil dalam 3 gelas air hingga mendidih dan tersisa ¾ bagian. Air rebusan berwarna hitam. Oleh karena itu masyarakat Tionghoa menyebut kejibeling dengan nama hei mian jiang jun yang berarti jenderal bermuka hitam. Setelah itu saring hasil rebusan, tambahkan madu secukupnya, dan minum selagi hangat. Hasil rebusan itu diminum 3 kali sehari.

Tanaman asal Madagaskar yang masuk ke Indonesia pada 1800-an itu juga berkhasiat antikanker. Prof Asmah Rahmat, periset dari Departemen Gizi dan Kesehatan Universitas Putra Malaysia, membuktikannya dalam uji in vitro. Betasitosterol dan stigmasterol dalam kejibeling tokcer membunuh sel kanker usus, kanker payudara, dan kanker hati. Asmah meneteskan ekstrak kejibeling pada ke-3 sel kanker itu.

Konsentrasi 25,1 mikrogram dan 28,0 mikrogram ekstrak kejibeling cukup membunuh sel kanker usus dan kanker hati. Efek mematikan itu tak berlaku bagi sel normal. Maklum, tumbuhan anggota famili Acanthaceae itu antara lain mengandung asam kafeat, asam vanilat, asam gentinat, dan asam sirinat. Senyawa itu bahu-membahu dengan kalium (51%), kalsium (24%), natrium (24%), dan ferum (1%) menyumbang konsentrasi antioksidan yang lebih tinggi ketimbang vitamin E.

Ingat, kejibeling mengandung enzim asparaginase. Ia mampu mengubah asparagin-protein untuk pertumbuhan tumor-menjadi asam aspartat dan amonia. Kejibeling yang dibawa ke Indonesia oleh Thomas Anderson, penyelia Kebun Raya Calcutta, India, itu terbukti multikhasiat. Tak semestinya kita membiarkan kejibeling cuma sebagai tanaman pagar pembatas halaman. (Faiz Yajri & Vina Fitriani)

Lanjut membaca “Sang Jenderal Atasi Infeksi Kemih”  »»

Petani Modern Yang Sukses

Banyak petani yang kini bernasib naas, hanya menjadi tukang tanam. Namun, di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa barat, ada petani-petani yang telah berhasil memperlihatkan diri sebagai petani modern yang sukses. Cirinya, kehidupan mereka tidak hanya berkutat di kebun. Mereka memiliki banyak waktu untuk membagi ilmu kepada masyarakat petani lain agar bisa menjadi lebih maju.

Menurut buku Fokus Hidup karya Jerry Foster, seorang perencana keuangan di Amerika serikat yang telah menjadi pembicara dalam Family Life, Weekend to Remember, Marriage Conferences, kesuksesan hidup memberikan lima dimensi keuntungan, yaitu finansial, intelektual, hubungan, rohaniah, dan jasmaniah. Semua dimensi ini tampak menjadi keseharian para petani di Desa Cibodas.

Menurut Doyo Mulyo Iskandar, seorang petani sekaligus Ketua Kelompok Tani Mekar Tani Jaya di desa tersebut, hampir seluruh petani di desanya memiliki pegawai di kebun. Jumlah pegawainya mencapai 4-50 orang.

Mereka bekerja secara berkelompok untuk memenuhi permintaan pasar secara berkesinambungan. Kesinambungan usaha yang dibangun atas dasar kerja sama ini mengakibatkan mereka bisa mendapatkan penghasilan Rp 2 juta per bulan.

Para petani juga bisa menabung untuk membangun rumah, juga menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi. Rumah- rumah mereka umumnya bersih dan besar. Selain rumah untuk kepentingan keluarga, mereka juga bisa membangun rumah untuk kepentingan tamu.

Doyo, misalnya, ia memiliki satu rumah lain lengkap dengan perabot rumah tangga yang ia sediakan sebagai penginapan para tamu, baik petani, mahasiswa, maupun pegawai dari berbagai dinas yang ingin mempelajari pertanian di desanya hingga beberapa hari.

"Kalau ada rezeki, saya tabungkan uang untuk membeli kasur baru agar semua orang yang datang bisa tidur dengan enak," kata Doyo.

Petani di Kelompok Tani Mekar Tani Jaya tidak menghabiskan waktu mereka di kebun untuk bekerja. Mereka sering pergi ke berbagai desa lain di Jawa Barat maupun di provinsi-provinsi lain untuk melatih petani. Sejak awal, para petani ini berkomitmen untuk berkonsentrasi membangun kemitraan dan melakukan pelatihan kepada para petani.

"Saya puas melakukannya. Bertemu dengan petani dan membagikan ilmu bukan berarti menambah saingan. Kami malah bisa mendapat ilmu baru," kata Doyo.

Doyo mencontohkan, selama ini ia dan para petani di Cibodas menanam stroberi dengan media tanah. Ternyata saat mengadakan pelatihan menanam stroberi di Jawa Tengah, para petani biasa bertani dengan menggunakan sekam. "Ternyata dengan sekam, air bisa tersimpan lebih lama. Bagi mereka, hal tersebut merupakan cara biasa, tapi buat kami itu pengetahuan baru," tutur Doyo.

Hampir di seluruh perkebunan milik petani, para buruh tani dipersilakan meluangkan waktu untuk menggarap tanaman yang mereka kelola di halaman atau di lahan yang mereka sewa. "Di kelompok tani Desa Cibodas, biasanya jika ada anggota kelompok yang sudah mampu mandiri, mereka dipersilakan keluar dan membentuk kelompok sendiri untuk melatih petani lain yang belum bergabung," ujar Doyo.

Tak heran jika di desa ini terdapat 16 kelompok tani. Setiap kelompok memiliki fokus usaha dan pelatihan sendiri. Kelompok Gapura Tani merupakan pengada bibit pertanian, Mekar Tani Jaya I mengurus pupuk organik, PD Grace membidangi sayur- mayur eksklusif untuk supermarket dengan bibit impor berikut teknologinya.

Ada juga Kelompok Tani Budi Rahayu yang ahli di bidang pertanian buncis. Kelompok Tani Wangi Harum membidangi bunga potong, dan Yans Fruit and Vagatables merupakan pencari pasar produk pertanian. Para petani di kelompok-kelompok tani bergabung dalam Paguyuban Pandu Tani.

Melalui kelompok-kelompok pula, para petani berhasil memikat generasi muda untuk bekerja di bidang pertanian. Bobon Turbansyah (53), misalnya, ia memberi peluang sangat besar bagi pemuda di desanya bekerja di lahan pertanian, gudang pengepakan, atau kantor administrasi pemasaran dalam agrobisnisnya. Pemuda pencandu narkoba dan penderita gangguan jiwa pun dilibatkannya.

Hingga kini, setiap tahun sekitar 30 remaja berhasil dididik sebagai petani. Angka urbanisasi di Desa Cibodas pun sangat rendah, hanya tiga persen per tahun. Sementara penduduk baru mencapai 15 persen per tahun.

Dalam kelompok-kelompok tani, pengurus tidak mendapatkan gaji. Namun, kelompok membayar gaji kepada pekerja-pekerja yang mengurusi soal bisnis. Misalnya, pekerja di bidang administrasi pertanian. Gaji mereka bisa lebih dari Rp 1 juta per bulan.

Para petani juga selalu menyisihkan sedikit lahan di kebun untuk percobaan dengan memberi perlakuan khusus pada tanaman agar mampu mencapai produktivitas dan kualitas terbaik bagi hasil pertaniannya.

Selain itu, sebelum menanam suatu jenis tanaman, mereka melakukan analisis usaha. Dengan analisis usaha yang baik, mereka bisa melibatkan investor untuk bermain di dalam usaha pertanian mereka. Para petani pun sudah mampu membuat proposal. Salah satu hasilnya, para pensiunan dari sebuah perusahaan telekomunikasi besar di Indonesia siap berinvestasi.

Tak hanya itu, dengan analisis usaha, mereka juga bisa dengan mudah mendapat pinjaman dari bank. Bahkan, karena lancar dalam pembayaran, bank bersedia memberi pinjaman lagi dengan jumlah yang lebih besar untuk digunakan sebagai modal usaha.

Dalam menganalisis usaha pertanian, Ishak (41), seorang petani sayuran, sudah memanfaatkan jaringan internet untuk mengetahui perubahan harga, komoditas unggulan, perubahan cuaca, metodologi dan pola bertani yang baru. "Tidak semua petani bisa menggunakan internet, tapi biasanya saya menyampaikan kepada mereka tentang informasi-informasi baru dalam pertemuan informal, sambil ngobrol sore-sore," kata Ishak.

Tak hanya itu, para petani di Desa Cibodas pun punya waktu libur, lho. Mereka mengatur sendiri waktu mereka beristirahat dan berkumpul seharian dengan keluarga. Betapa menyenangkannya menjadi petani modern, bukan?



Lanjut membaca “Petani Modern Yang Sukses”  »»

Desa Cibodas,Kampus Para Petani

Sayur-mayur tidak bisa dipisahkan dari perkembangan Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Di desa berhawa dingin dengan tiupan angin menyejukkan ini, sayur ditanam di mana-mana. Di pekarangan, di samping, dan di belakang rumah, juga di kebun-kebun. Rumah-rumah di desa yang berketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut dengan suhu 18-26 derajat Celsius ini asri.

Sebagian besar rumah penduduknya bagus-bagus dengan dinding tembok dan lantai keramik. Jalan pun beraspal cukup mulus. Di depan jalan utama di Desa Cibodas bahkan ada kolam renang untuk anak-anak berekreasi dan berolahraga. Kolam itu berada dekat lahan pertanian sayur.

Rumah penduduk dengan halaman luas biasanya dihiasi rumput hijau dan bunga-bunga. Namun, banyak juga yang menjadikan pekarangan rumah sebagai sumber ekonomi, misalnya dengan menanami kaboca (labu jepang), seledri, bawang daun, dan brokoli, atau berbagai bibit sayuran untuk dijual kepada petani di sekitarnya.

Tina (26), seorang ibu rumah tangga, leluasa membantu suaminya menanam bibit cabai di halaman rumah sambil mengurus anaknya yang masih bayi. Di belakang rumahnya, ia juga menanam 30.000 bibit brokoli. Para petani di sekitarnya biasa membeli bibit langsung ke rumahnya dengan harga Rp 30 per kantong (polibag).

Demikian juga dengan Medi Juanda (53), seorang petani. Karena permintaan sayur dari para pedagang tidak bisa dipenuhi hanya dari kebunnya, Medi menggunakan halamannya untuk ditanami seledri dan bawang daun.

Di kebun-kebun tampak aneka warna sayuran. Ada yang ungu, putih, kuning, merah, hijau, oranye, hingga hitam. Seluruh warna begitu menggemaskan, segar, pekat, dan bersinar, menggiurkan untuk disantap. Dari sayur lokal hingga sayur yang bibitnya didatangkan dari Jepang atau Belanda.

Desa ini memproduksi kentang, kubis, brokoli, cabai merah, daun bawang, seledri, dan berbagai jenis tomat. Ada juga paprika belanda yang gemuk dan besar seperti apel. Tumbuh juga berbagai sayuran yang bibitnya dari Jepang, seperti mizuna (daun lobak), syungiku (kenikir), cisito (cabai), piman (paprika jepang yang berbentuk lonjong), kyuri (mentimun), damame (kedelai), satsumaimo (ubi jalar), ingen (buncis), nasubi (terung), gobo (semacam gingseng), kaboca (labu), sironegi (bawang daun), asparagus jepang, dan horenso (bayam).

Hampir seluruh keluarga di desa yang terletak di belakang Taman Wisata Maribaya ini menggantungkan hidup dari pertanian sayur atau hortikultura. Berdasarkan data tahun 2004, dari 8.904 penduduknya, ada 2.464 yang telah memiliki mata pencarian. Sebanyak 1.507 orang dari jumlah penduduk yang telah bekerja adalah petani, terdiri dari 746 petani pemilik lahan dan 761 buruh tani.

Sebagian besar petani mampu mengembangkan pertanian dengan pola modern mengikuti tuntutan teknologi budidaya pertanian. Selain itu, pasar komoditas pertanian di desa ini pun cukup berkembang. Hasil produksi sayur di desa ini dipasarkan ke Singapura, Taiwan, dan dalam waktu dekat akan diekspor ke Korea Selatan. Selain itu, ada petani yang menjualnya ke supermarket di Jakarta, Denpasar, Surabaya, dan Bandung. Sisanya untuk pasar-pasar induk di Jawa Barat dan Jakarta.

Dengan keberhasilan ini, rasanya sulit membayangkan bahwa desa yang dibuka oleh keluarga Eyang Sarja dan Pawira dari Cibeunying, Kota Bandung, tahun 1886 ini akan maju seperti sekarang. Sejak masa penjajahan, masyarakat di desa ini hidup dari pertanian sayur. Hanya saja, sayur yang ditanam waktu itu sebatas ubi jalar, jagung, cabai, kol, dan kentang.

Pada masa kemerdekaan hingga 1980-an, sebagian besar petani menjual produksinya ke pasar-pasar tradisional. Sayur yang akan dijual dimasukkan begitu saja ke dalam karung. Para petani hanya tahu menanam. Mereka lebih sering merugi karena mendapatkan harga sayur yang jatuh di musim panen.

Oleh karena itu, sebagian penduduk kampung tidak bisa hidup sejahtera. Rumah mereka yang berdinding anyaman bambu tampak kumuh dan reot. Penyakit menular menjangkiti penduduk karena lingkungan yang tidak sehat. Kandang ternak menempel langsung pada rumah-rumah penduduk.

Jika malam tiba, penduduk terisolasi karena listrik belum masuk. Listrik baru masuk ke desa itu tahun 1985. Jika turun hujan, jalan tanah yang menurun dan menanjak menjadi licin hingga sulit dilalui kendaraan. Kini jalan sudah beraspal, rumah-rumah sudah memiliki jamban sendiri. Rata-rata petani di desa ini berpenghasilan Rp 2 juta per bulan.

Para petani di desa ini bukan petani biasa. Meski sebagian besar hanya tamat sekolah dasar, mereka cukup percaya diri untuk saling tukar ilmu dengan para pejabat dari berbagai dinas pertanian di Indonesia, mahasiswa, serta petani dari luar negeri, seperti Nigeria dan negara-negara lainnya di Asia.

Setidaknya, desa ini menjadi langganan praktik lapangan dan tempat penelitian bagi orang- orang yang terjun di bidang pertanian hortikultura. Desa Cibodas ibarat kampus bagi para petani. Setiap tahun sekitar 200 tamu datang ke desa ini. Para tamu biasanya menginap sampai tiga hari, bahkan ada yang tinggal menetap sampai enam bulan.

Untuk penginapan dan makan, para tamu tak perlu pusing. Sejumlah warga bersedia memberikan tumpangan untuk menetap dengan tempat tidur dan jadwal makan teratur. Biayanya hanya berkisar Rp 90.000 per orang. Listrik dan air bisa dipakai dengan gratis.

Belajar bertani di desa ini bisa juga gratis, disesuaikan dengan kemampuan mereka yang ingin belajar. Sebab, untuk perorangan ada beberapa petani yang siap menampung dan memberi latihan dengan cara magang di kebunnya.

Ilmu yang bisa diberikan para petani meliputi pemilihan bibit, proses produksi, teknologi budidaya terbaru dan terbaik, pemasaran, pengemasan, hingga lalu lintas ekspor produk pertanian serta analisis usaha tani.

"Tidak perlu takut membagi ilmu. Toh, ilmu pertanian selalu berkembang. Selain itu, petani tidak boleh menyerah, sebab ilmu yang didapat di desa ini mungkin harus mendapat perlakuan yang sedikit berbeda karena kondisi alam yang tidak sama di tempat petani lain. Justru dengan begitu kami jadi saling bertukar ilmu," kata Doyo Mulyo Iskandar (38), seorang petani.

Mereka belajar dalam program Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S). Program inilah yang memajukan kehidupan pertanian di desa ini. Program ini didirikan dan dikelola Ishak (40), petani sayuran, setelah ia mendapat kesempatan magang mempelajari pertanian di Jepang.



Lanjut membaca “Desa Cibodas,Kampus Para Petani”  »»

Sabtu, 14 Februari 2009

BUDI DAYA CABE MERAH DI LAHAN PASIR PANTAI

Budidaya cabe merah di lahan pasir sangat menuntut ketekunan, keuletan, kejelian, kesabaran dan pengetahuan luas maupun kerjasama yang solid antar petani maupun pihak lain, juga modal yang sangat besar jika dibandingkan dengan menanam cabe merah di lahan tanah pada umumnya.

Di pesisir pantai Kulon Progo sepanjang garis pantai dengan lebar ± 1.8 km, terbagi dalam 4 kecamatan dan 10 desa yang mempunyai wilayah pantai dengan kondisi pesisir hampir 100% pasir dengan kedalaman air tanah antara hingga 12 meter, dengan fluktuasi suhu antara siang dan malam sangat tinggi. Namun dengan penuh harapan, sekilas tidak tampak keletihan maupun kepenatan. Keyakinan, keteguhan, semangat dan keberhasilan selalu memotivasi setiap langkah para petani menuju keberhasilan.

Persiapan Lahan
Persiapan diawali dengan pembersihan gulma secara manual dan selektif pada jenis rumput teki-tekian, kemudian dicangkul/ditraktor sampai selesai 1 bulan menjelang tanam, dengan kedalaman 30 cm. Kemudian dilakukan pengomposan/ditaburi kompos (pupuk kandang) 2 ton/1.000 m. Selanjutnya lebih kurang satu minggu menjelang tanam kembali dilakukan olah tanah dengan mencangkul/ditraktor.

Setelah persiapan awal selesai dilanjutkan dengan membuat alur tanam secara berselang yaitu: 40 cm setiap 2 alur, diberi jarak 100 cm dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akan dihasilkan jarak tanam 40 cm X 30 cm dan setiap 2 baris diberi jalan 100 cm. Kemudian alur tanam diberi pupuk kandang dengan dosis 1 ton/1000 m, dengan cara disebarkan secara merata dialur tanam.

Sehari menjelang tanam alur disiram dengan cara dikocor (disiram tanpa menggunakan nosel) lalu diberi pupuk dasar NPK ± 25 kg. Pagi harinya kembali disiram sampai kenyang, dan lubang tanam dibuat dengan menugal menggunakan batang kayu dengan jarak 30 cm mengikuti alur yang telah ada.

Penanaman
Setelah bibit berumur 30 hari atau berdaun 4 pasang, bibit ditanam dengan cara menyobek polybag sedemikian rupa sehingga tanah tidak pecah, lalu ditanam sedalam 5 mm dari leher akar/tanah di polybag. Setelah selesai tanam seluruh permukaan lahan diberi mulsa menggunakan jerami atau kristall (kompos kotoran ayam pedaging), kemudian disiram menggunakan selang bercincin (nozel) pada ujung selangnya bisa juga menggunakan gembor (ember khusus untuk menyiram).

Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur pagi hari, bahkan untuk tanaman muda pagi sore. Perlu diperhatikan pula apabila malam hari turun hujan paginya harus tetap dilakukan penyiraman agar percikan pasir yang menempel di batang bisa jatuh, karena bila pasir tetap menempel bisa berakibat fatal akibat pasir yang kena panas akan menghanguskan lapisan kulit batang, sehingga kambium menjadi kering dan tanaman bisa mati.

Air untuk menyiram 100% menggunakan air tanah yang dinaikkan menggunakan pompa air individu, maupun kolektif (sistem embung). Pada awalnya penyiraman secara individu populer dengan istilah Sumur Renteng, namun kini banyak juga digunakan dengan membuat instalasi menggunakan pompanisasi yang dikombinasikan dengan selang modifikasi, sehingga memungkinkan kemampuan kerja menjadi efektif.



Lanjut membaca “BUDI DAYA CABE MERAH DI LAHAN PASIR PANTAI”  »»

Budidaya Cabe

A. PENDAHULUAN
Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, dll.

B. FASE PRATANAM
1. Pengolahan Lahan
· Tebarkan pupuk kandang dosis 0,5 -1 ton/ 1000 m2
· Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
· Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 m2
· Dibuat bedengan lebar 100 cm dan parit selebar 80 cm
· Siramkan SUPER NASA (1 bt) / NASA(1-2 bt)
- Super Nasa : 1 btl dilarutkan dalam 3 liter air (jadi larutan induk). Setiap 50 lt air tambahkan 200 cc larutan induk.
Atau 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 1 sendok makan peres SUPER NASA dan siramkan ke bedengan + 5-10 m.
- NASA : 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 2-4 tutup NASA dan siramkan ke bedengan sepanjang + 5 - 10 meter.
· Campurkan GLIO 100 - 200 gr ( 1 - 2 bungkus ) dengan 50 - 100 kg pupuk kandang, biarkan 1 minggu dan sebarkan ke bedengan.
· Bedengan ditutup mulsa plastik dan dilubangi, jarak tanam 60 cm x 70 cm pola zig zag ( biarkan + 1 - 2 minggu ).

2. Benih
· Kebutuhan per 1000 m2 1 - 1,25 sachet Natural CK -10 atau CK-11 dan Natural CS-20, CB-30
· Biji direndam dengan POC NASA dosis 0,5 - 1 tutup / liter air hangat kemudian diperam semalam.

C. FASE PERSEMAIAN ( 0-30 HARI)
1. Persiapan Persemaian

· Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia.
· Media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1. Pupuk kandang sebelum dipakai dicampur dengan GLIO 100 gr dalam 25-50 kg pupuk kandang dan didiamkan selama + 1 minggu. Media dimasukkan polibag bibit ukuran 4 x 6 cm atau contong daun pisang.

2. Penyemaian
· Biji cabai diletakkan satu per satu tiap polibag, lalu ditutup selapis tanah + pupuk kandang matang yang telah disaring
· Semprot POC NASA dosis 1-2 ttp/tangki umur 10, 17 HSS
· Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban

3. Pengamatan Hama & Penyakit
a. Penyakit

· Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian: tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok makan (± 10 gr) per 10 liter air.
· Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi seperti penyakit rebah semai.
· Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau PESTONA.

b. H a m a
· Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau lipatan
pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan BVR atau PESTONA.
· Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot dengan BVR atau PESTONA untuk mengurangi penyebaran.
· Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip

D. FASE TANAM
1. Pemilihan Bibit
· Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus
· Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur 21 - 30 hari)

2. Cara Tanam
· Waktu tanam pagi atau sore hari , bila panas terik ditunda.
· Plastik polibag dilepas
· Setelah penanaman selesai, tanaman langsung disiram /disemprot POC NASA 3-4 tutup/ tangki.

3. Pengamatan Hama
· Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang. Setiap ulat yang ditemukan dikumpulkan lalu dibunuh, serangan berat semprot dengan PESTONA atau VIREXI
· Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua ),
Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan lalu dimusnahkan, menyiangi rumput di sekitar tanaman yang digunakan untuk persembunyian. Semprot dengan VITURA, VIREXI atau PESTONA.
· Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang malam hari. Dicari di sekitar pertanaman ( kadang di bawah mulsa) dan buang ke luar areal.

E. FASE PENGELOLAAN TANAMAN (7-70 HST)
1. Penyiraman dapat dilakukan dengan pengocoran tiap tanaman atau penggenangan (dilep) jika dirasa kering.
2. Pemupukan lewat pengocoran dilakukan seminggu sekali tiap lubang. Pupuk kocoran merupakan perbandingan campuran pupuk makro Urea : SP 36 : KCl : NASA = (250 : 250 : 250) gr dalam 50 liter ( 1 tong kecil) larutan. Diberikan umur 1 - 4 minggu dosis 250 cc/lubang, sedang umur 5-12 minggu dengan perbandingan pupuk makro Urea : TSP : KCl : NASA = (500 : 250 : 250) gr dalam 50 liter air, dengan dosis 500 cc/lubang.
Kebutuhan total pupuk makro 1000 m2 :

Jenis Pupuk
1 - 4 minggu (kg)
5 - 12 minggu
(kg)
Urea
7
56
SP-36
7
28
KCl
7
28


Catatan :
- Umur 1 - 4 mg 4 kali aplikasi (± 7 tong/ aplikasi)
- Umur 5-12 mg 8 kali aplikasi (± 14 tong/aplikasi)
3. Penyemprotan POC NASA ke tanaman dengan dosis 3-5 tutup / tangki pada umur 10, 20, kemudian pada umur 30, 40 dan 50 HST POC NASA + Hormonik dosis 1-2 tutup/tangki.
4. Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama / produksi mulai umur 15 - 30 hr.
5. Pengamatan Hama dan Penyakit
· Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan.
· Kutu - kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase persemaian.
· Penyakit Layu, disebabkan beberapa jamur antara lain Fusarium, Phytium dan Rhizoctonia. Gejala serangan tanaman layu secara tiba-tiba, mengering dan gugur daun. Tanaman layu dimusnahkan dan untuk mengurangi penyebaran, sebarkan GLIO
· Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini menyerang pada musim hujan diawali pada daun tua bagian bawah. Gejala serangan berupa bercak dalam berbagai ukuran dengan bagian tengah berwarna abu-abu atau putih, kadang bagian tengah ini sobek atau berlubang. Daun menguning sebelum waktunya dan gugur, tinggal buah dan ranting saja. Akibatnya buah menjadi rusak karena terbakar sinar matahari. Pengamatan pada daun tua.
· Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala serangan buah yang telah berisi belatung akan menjadi keropos karena isinya dimakan, buah sering gugur muda atau berubah bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga buah busuk basah. Sebagai vektor Antraknose. Pengamatan ditujukan pada buah cabai busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat buah dipantau dengan perangkap berbahan aktif Metil Eugenol 40 buah / ha
· Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), gejala serangan mula-mula bercak atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang menjadi warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh bagian buah mengering. Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua. Buah terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. Serangan berat sebari dengan GLIO di bawah tanaman.

F. FASE PANEN DAN PASCA PANEN
1. Pemanenan
· Panen pertama sekitar umur 60-75 hari
· Panen kedua dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai 30-40 kali atau lebih tergantung ketinggian tempat dan cara budidayanya
· Setelah pemetikan ke-3 disemprot dengan POC NASA + Hormonik dan dipupuk dengan perbandingan seperti diatas, dosis 500 cc/ph

2. Cara panen :
· Buah dipanen tidak terlalu tua (kemasakan 80-90%)
· Pemanenan yang baik pagi hari setelah embun kering
· Penyortiran dilakukan sejak di lahan
· Simpan ditempat yang teduh
3. Pengamatan Hama & Penyakit
· Kumpulkan dan musnahkan buah yang busuk / rusak

Sumber :http://teknis-budidaya.blogspot.com



Lanjut membaca “Budidaya Cabe”  »»

PNPM-M Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

PEDOMAN UMUM

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008
TANGGAL : 11 Pebruari 2008

BAB I
PENDAHULU
AN

  1. Latar Belakang
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar.

Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin.

Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut Pemerintah menetapkan Program Jangka Menengah (2005-2009) yang fokus pada pembangunan pertanian perdesaan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan mengembangkan usaha agrbisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan.

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja diperdesaan, Bapak Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008 dilakukan secara terintegrasi dengan program PNPM-M.

Untuk pelaksanaan PUAP di Departemen Pertanian, Menteri Pertanian membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007.
PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.

Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, GAPOKTAN didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani.
Untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja diperdesaan, PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan Departemen Pertanian maupun Kementerian/ Lembaga lain dibawah payung program PNPM Mandiri.
  1. Tujuan

PUAP bertujuan untuk:

  1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah;
  2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani;
  3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
  4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
  1. Sasaran

Sasaran PUAP yaitu sebagai berikut:

  1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin/ tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa;
  2. Berkembangnya 10.000 GAPOKTAN/POKTAN yang dimiliki dan dikelola oleh petani;
  3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan
  4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman.
  1. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan output antara lain:

  1. Tersalurkannya BLM – PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian; dan
  2. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.

Indikator keberhasilan outcome antara lain:

  1. Meningkatnya kemampuan GAPOKTAN dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani;
  2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha;
  3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan; dan
  4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah;

Sedangkan Indikator benefit dan Impact antara lain:

  1. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP.
  2. Berfungsinya GAPOKTAN sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan
  3. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.
  1. Pengertian dan Definisi
    1. Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya di sebut PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran;
    2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang selanjutnya di sebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan masyakarat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja.
    3. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4 (empat) sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu; (c) subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi dan lain-lain.
    4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa).
    5. Desa Miskin adalah desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per tahun berada dibawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan infrastruktur desa yang sangat terbatas.
    6. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal (endogeneous knowledge) khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati;
    7. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.
    8. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya.
    9. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
    10. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) PUAP adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
    11. Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh petani/kelompok tani di perdesaan dalam bidang agribisnis yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan.
    12. Komite Pengarah adalah komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa yang terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh pendamping.
    13. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh dalam rangka pemberdayaan petani/kelompok tani dalam melaksanakan PUAP.
    14. Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang keuangan mikro yang direkrut oleh Departemen Pertanian untuk melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola GAPOKTAN dalam pengembangan PUAP.
    15. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah bantuan dana kepada petani/kelompok tani untuk pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang disalurkan melalui GAPOKTAN dalam bentuk modal usaha.
    16. Rencana Usaha Bersama (RUB) adalah rencana usaha untuk pengembangan agribisnis yang disusun oleh GAPOKTAN berdasarkan kelayakan usaha dan potensi desa.

BAB II
POLA DASAR DAN STRATEGI PELAKS
ANAAN PUAP

  1. Pola Dasar

Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran dana BLM PUAP kepada GAPOKTAN dalam mengembangkan usaha produktif petani skala kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin. Komponen utama dari pola dasar pengembangan PUAP adalah 1) keberadaan GAPOKTAN; 2) keberadaan Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani ; 3) Pelatihan bagi petani, pengurus Gapoktan,dll; dan 4) penyaluran BLM kepada petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani.

  1. Strategi Dasar

Strategi dasar Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah:

  1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP;
  2. optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal;
  3. penguatan modal petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin kepada sumber permodalan; dan
  4. pendampingan bagi GAPOKTAN
  1. Strategi Operasional

Strategi Operasional Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah:

  1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui:
    1. pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP;
    2. rekrutmen dan pelatihan bagi PMT;
    3. pelatihan bagi pengurus GAPOKTAN; dan
    4. pendampingan bagi petani oleh penyuluh pendamping.
  2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal dilaksanakan melalui:
    1. identifikasi potensi desa;
    2. penentuan usaha agribisnis (budidaya dan hilir) unggulan; dan
    3. penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha agribisnis unggulan.
  3. Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui:
    1. penyaluran BLM-PUAP kepada pelaku agribisnis melalui GAPOKTAN;
    2. fasilitasi pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan lainnya.
  4. Pandampingan GAPOKTAN dilaksanakan melalui:
    1. penempatan dan penugasan Penyuluh Pendamping di setiap GAPOKTAN; dan
    2. penempatan dan penugasan PMT di setiap kabupaten/kota.
  1. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan PUAP meliputi:

  1. Identifikasi dan penetapan Desa PUAP;
  2. Identifikasi dan penetapan GAPOKTAN penerima BLM-PUAP;
  3. Pelatihan bagi fasilitator, penyuluh pendamping, pengurus GAPOKTAN;
  4. Rekrutmen dan pelatihan bagi PMT;
  5. Sosialisasi Kegiatan PUAP;
  6. Pendampingan;
  7. Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat;
  8. Pembinaan dan Pengendalian; dan
  9. Evaluasi dan pelaporan.

BAB III
KRITERIA SELEKSI DESA DAN GAPOKTAN PENERIMA PUAP

  1. Kriteria Seleksi Desa PUAP
    1. Tahapan penetapan Kuota Desa
      Penentuan kuota desa dilaksanakan di Pusat oleh Kelompok Kerja (Pokja) Identifikasi PUAP. Penetapan kuota desa dilakukan dengan mempertimbangkan: (1) data lokasi PNPM-Mandiri; (2) data Potensi Desa (Podes); (3) data desa miskin dari BPS; (4) data desa tertinggal dari Kementerian PDT; (5) Data desa lokasi program lanjutan DEPTAN antara lain : P4K, Prima Tani, P4MI, Pidra, LKM-A serta desa rawan pangan.
      Kuota desa yang menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha PUAP juga memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat.
      Berdasarkan kuota desa pada setiap Kabupaten/Kota, Tim PUAP Pusat menyusun daftar calon desa PUAP.
    2. Tahapan Seleksi Desa PUAP:
      1. Daftar calon desa PUAP dikirim oleh Tim PUAP Pusat ke Gubernur dan Bupati/Walikota.
      2. Berdasarkan daftar tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten/Kota mengusulkan calon desa PUAP kepada Departemen Pertanian melalui Gubernur.
      3. Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi atas usulan desa PUAP yang diajukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota dan aspirasi masyarakat.
      4. Hasil verifikasi desa PUAP oleh Tim PUAP Pusat, selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN sebagai desa PUAP.
  2. Penetapan GAPOKTAN/POKTAN
    1. Tim Teknis Kabupaten/Kota mengidentifikasi GAPOKTAN penerima BLM dari lokasi desa PUAP yang telah ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN
    2. GAPOKTAN mengisi Formulir 1 sebagai data dasar untuk diajukan oleh Bupati/Walikota sebagai calon penerima BLM PUAP.
    3. Bupati/Walikota mengusulkan GAPOKTAN penerima BLM PUAP kepada Tim Pusat melalui Gubernur.
    4. Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi terhadap GAPOKTAN yang diusulkan oleh Bupati/Walikota.
    5. Hasil verifikasi Tim PUAP Pusat terhadap GAPOKTAN, selanjutnya ditetapkan oleh MENTERI PERTANIAN.
  3. Kriteria GAPOKTAN Penerima BLM – PUAP

GAPOKTAN penerima bantuan modal usaha PUAP harus berada pada desa PUAP dengan kriteria sebagai berikut:

  1. Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis.
  2. Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif.
  3. Dimiliki dan dikelola oleh petani.
  4. Dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.
  5. Apabila di desa tersebut tidak terdapat GAPOKTAN dan baru ada POKTAN, maka POKTAN dapat ditunjuk menjadi penerima BLM PUAP dan untuk selanjutnya ditumbuhkan menjadi GAPOKTAN.

BAB IV
TATA CARA DAN PROSEDUR PENYALURAN BLM-PUAP

  1. Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB)
    1. RUB disusun oleh GAPOKTAN berdasarkan hasil identifikasi potensi usaha agribisnis di desa PUAP yang dilakukan oleh Penyuluh Pendamping.
    2. Penyusunan RUB harus memperhatikan kelayakan usaha produktif petani, yaitu : 1) budidaya di sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, 2) usaha non budidaya meliputi usaha industri rumah tangga pertanian, pemasaran skala kecil/bakulan, dan usaha lain berbasis pertanian.
    3. Rencana Usaha Bersama (RUB) yang telah disetujui oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota (Formulir 2) , dikirim bersama dokumen administrasi lainnya antara lain: (1) Berita Acara Pengukuhan GAPOKTAN, (2) Nomor Rekening GAPOKTAN, (3) Perjanjian Kerjasama, dan (4) Surat Perintah Kerja, ke Tim Pembina Propinsi untuk diajukan kepada Departemen Pertanian C.q Pusat Pembiayaan Pertanian Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian.
    4. RUB dan dokumen administrasi lainnya yang diterima Departemen Pertanian selanjutnya diteliti dan diverifikasi oleh Tim PUAP Pusat c.q. Pokja Penyaluran Dana.
  2. Prosedur Penyaluran BLM-PUAP
    1. Satker Pusat Pembiayaan Pertanian menerbitkan Surat Perintah Kerja (SPK) bermeterai Rp. 6000,- kepada GAPOKTAN.
    2. Penyaluran dana BLM – PUAP dilakukan dengan mekanisme Pembayaran Langsung (LS) ke Rekening GAPOKTAN.
    3. Satker Pusat Pembiayaan Pertanian mengajukan surat Perintah Membayar (SPM-LS) dengan lampiran :
      1. Keputusan MENTERI PERTANIAN tentang penetapan GAPOKTAN.
      2. Berita Acara Pengukuhan GAPOKTAN oleh Bupati /Walikota.
      3. Rekapitulasi RUB dengan mencantumkan :
        1. Nama dan alamat lengkap GAPOKTAN yang menjadi sasaran PUAP.
        2. Nomor rekening GAPOKTAN.
        3. Nama dan alamat kantor cabang bank tempat GAPOKTAN membuka rekening.
        4. Rincian penggunaan dana BLM PUAP menurut usaha produktif.
      4. Kuitansi harus ditandatangani Ketua GAPOKTAN dan diketahui/disetujui oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dengan meterai Rp.6000,- (enam ribu rupiah).
    4. Penyaluran dana BLM dari KPPN ke rekening Gapoktan melalui penerbitan SP2D akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Keuangan.

BAB V
ORGANISASI PELAKSANAAN PUAP

  1. Tingkat Pusat
    Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi Menteri Pertanian membentuk Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Tim Pengarah diketuai oleh Menteri Pertanian dibantu oleh seluruh Eselon I lingkup Departemen Pertanian. Tugas utama dari Tim Pengarah adalah merumuskan kebijakan umum dalam pengembangan PUAP baik dengan instansi Pusat khususnya dalam koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri maupun dengan instansi daerah (tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota).

Tim Pelaksana PUAP tingkat Pusat diketuai oleh Kepala Badan Pengembangan SDM dan dibantu oleh Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Peningkatan Efisiensi Pembangunan Pertanian dan Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian sebagai Sekretaris. Anggota Tim Pelaksana PUAP Pusat terdiri dari Kepala Biro Perencanaan, seluruh Sekretaris Eselon I dan beberapa Pejabat Eselon II terkait. Tugas utama Tim Pelaksana PUAP adalah melaksanakan seluruh kegiatan PUAP mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan.

  1. Tingkat Provinsi
    Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Provinsi, Gubernur membentuk Tim Pembina PUAP tingkat Provinsi yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah PUAP Provinsi adalah juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Provinsi. Tim Pelaksana diketuai oleh salah satu Kepala Dinas Lingkup Pertanian dengan Sekretaris adalah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sedangkan anggota berasal dari instansi terkait lainnya.

    Tugas utama dari tim pembina tingkat Provinsi adalah merumuskan kebijakan teknis pengembangan PUAP sebagai penjabaran dari kebijakan umum yang dirumuskan oleh Tim Pusat, mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP dengan PNPM Mandiri di tingkat Provinsi, melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan Kabupaten/Kota.
  2. Tingkat Kabupaten/Kota
    Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi, Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis PUAP tingkat Kabupaten/Kota yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah PUAP Kabupaten/Kota adalah juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Kabupaten/Kota. Tim Pelaksana diketuai oleh salah satu Kepala Dinas Lingkup Pertanian dan Sekretaris adalah Kepala Kelembagaan yang menangani Penyuluhan Pertanian, sedangkan anggota Tim Pelaksana adalah Penyelia Mitra Tani (PMT) dan instansi terkait lainnya.

    Tugas utama dari tim Teknis Kabupaten/Kota adalah merumuskan kebijakan teknis pengembangan PUAP sebagai penjabaran dari kebijakan umum Pusat dan kebijakan teknis Provinsi, mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP dengan PNPM Mandiri di tingkat Kabupaten/Kota, menyetujui RUB yang diusulkan GAPOKTAN dan melakukan pengendalian pelaksanaan PUAP di tingkat Kecamatan dan Desa.
  3. Tingkat Kecamatan
    Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Kecamatan, maka Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis tingkat Kecamatan. Tim Teknis Kecamatan diketuai Camat dibantu oleh Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai sekretaris, Kantor Cabang Dinas Pertanian (KCD) dan Kepala Desa lokasi PUAP sebagai anggota.

Tugas utama dari Tim Teknis Kecamatan adalah melaksanakan kebijakan teknis yang dirumuskan oleh Bupati/Walikota dan pengendalian pelaksanaan PUAP di tingkat Desa lingkup kecamatan.

  1. Tingkat Desa
    Pelaksana PUAP di tingkat Desa terdiri dari GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN ditetapkan/dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.

Penyuluh Pendamping setelah mengikuti pelatihan mengisi Formulir 3 sebagai data dasar penempatan dan penugasan yang diberikan oleh Bupati/Walikota. Tugas utama Penyuluh Pendamping adalah:

  1. Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha pertanian;
  2. Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis perdesaan termasuk pemasaran hasil usaha;
  3. Membantu memecahkan permasalahan usaha petani /kelompok tani, serta mendampingi Gapokan selama proses penumbuhan kelembagaan;
  4. Melaksanakan pelatihan usaha agribisnis dan usaha ekonomi produktif sesuai potensi desa.
  5. Membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana produksi, teknologi dan pasar.
  6. Memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dana BLM-PUAP; dan
  7. Membantu GAPOKTAN dalam membuat laporan perkembangan PUAP.

Penyelia Mitra Tani (PMT) mengisi Formulir 4 sebagai data dasar dalam penempatan dan penugasan yang diberikan oleh Departemen Pertanian. Tugas utama PMT adalah :

  1. Melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh Pendamping dan GAPOKTAN;
  2. Melaksanakan pertemuan reguler dengan Penyuluh Pendamping dan GAPOKTAN;
  3. Melakukan verifikasi awal terhadap RUB dan dokumen administrasi lainnya; dan
  4. Membuat laporan tentang perkembangan pelaksanaan PUAP.


BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

  1. Pembinaan
    Dalam rangka menjaga kesinambungan dan keberhasilan pelaksanaan PUAP, Tim Pusat melakukan pembinaan terhadap SDM ditingkat provinsi dan Kabupaten/Kota dalam bentuk pelatihan. Disamping itu, Tim Pusat berkoordinasi dengan Tim PNPM-Mandiri melakukan sosialisasi program dan supervisi pelaksanaan PUAP ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
    Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Pembina Provinsi kepada Tim Teknis Kabupaten/Kota difokuskan kepada: 1) Peningkatan kualitas SDM yang menangani BLM PUAP ditingkat Kabupaten/Kota 2). Koordinasi dan Pengendalian; dan 3) mengembangkan sistem pelaporan PUAP.

Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota kepada Tim Teknis Kecamatan dilakukan dalam bentuk pelatihan/apresiasi peningkatan pemahaman terhadap pelaksanaan PUAP.

  1. Pengendalian
    Untuk mengendalikan pelaksanaan PUAP, Departemen Pertanian mengembangkan operation room sebagai Pusat Pengendali PUAP berbasis elektronik yang dikelola oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin). Pusdatin sebagai pengelola operation room bertanggungjawab mengembangkan dan mengelola data base PUAP yang mencakup : data base GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping, Penyelia Mitra Tani (PMT) dan usaha agribisnis GAPOKTAN. Disamping itu, Pusdatin bertugas mempersiapkan bahan laporan perkembangan pelaksanaan PUAP. Secara rinci alur pembinaan dan pengendalian PUAP dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Tim Pusat PUAP melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke provinsi dan kabupaten/kota untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan umum Menteri Pertanian dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan.

Untuk mengendalikan pelaksanaan PUAP di tingkat provinsi, Gubernur diharapkan dapat membentuk operation room yang dikelola oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). BPTP sebagai sekretariat Tim Pembina PUAP Provinsi dapat memanfaatkan data base PUAP yang dikembangkan Departemen Pertanian sebagai bahan dalam penyusunan laporan Tim Pembina Provinsi kepada Gubernur dan Menteri Pertanian.

Tim Pembina PUAP Provinsi melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke kabupaten/kota dan kecamatan untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Gubernur serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan.

Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke kecamatan dan desa untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Bupati/Walikota serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan.

Untuk mengendalikan pelaksanaan PUAP di tingkat Kabupaten/kota, Bupati/Walikota diharapkan dapat membentuk operation room yang dikelola oleh Sekretariat PUAP Kabupaten/kota dengan memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer yang disiapkan oleh Departemen Pertanian. Tim Teknis Kabupaten/Kota dapat menugaskan Penyelia Mitra Tani (PMT) untuk menyiapkan bahan laporan.

Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke kecamatan dan desa untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Bupati/Walikota.

Tim Teknis PUAP Kecamatan melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke desa dan GAPOKTAN untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan kebijakan teknis Bupati/Walikota.


BAB VII
EVALUASI DAN PELAPORAN

  1. Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan kegiatan PUAP oleh Tim Pusat dilaksanakan oleh Kelompok Kerja (POKJA) Monitoring dan Evaluasi yang dibentuk oleh Ketua Tim Pelaksana PUAP. POKJA Monitoring dan Evaluasi melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan PUAP mencakup evaluasi awal, evaluasi pelaksanaan yang sedang berjalan dan evaluasi akhir.

Evaluasi pelaksanaan PUAP di tingkat Provinsi dilakukan oleh Tim Pembina Provinsi. Apabila diperlukan, Ketua Tim Pembina dapat membentuk POKJA Monitoring dan Evaluasi tingkat Provinsi untuk melakukan evaluasi awal, evaluasi pelaksanaan yang sedang berjalan dan evaluasi akhir.

Evaluasi pelaksanaan PUAP di tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota. Apabila diperlukan, Ketua Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota dapat membentuk POKJA Monitoring dan Evaluasi tingkat Kabupaten/Kota untuk melakukan evaluasi awal, evaluasi pelaksanaan yang sedang berjalan dan evaluasi akhir.

  1. Pelaporan
    Sesuai dengan alur pembinaan dan pengendalian PUAP, maka terdapat laporan yang harus disampaikan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota (Formulir 5) dan laporan Tim Pembina Propinsi (Formulir 6) kepada Tim PUAP Pusat.

Disamping secara reguler tersebut, Tim Teknis Kabupaten/Kota, Tim Pembina Propinsi dan Tim PUAP Pusat akan membuat laporan akhir tahun untuk dilaporkan sebagai bagian dari dari laporan PNPM Mandiri.

BAB VIII
P E N U T U P

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan langkah terobosan Departemen Pertanian untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran. PUAP merupakan entry point dan perekat bagi seluruh program Departemen Pertanian dan sektor lain yang terkait dalam program PNPM-Mandiri.
Dalam rangka mempercepat keberhasilan PUAP diperlukan berbagai upaya dan strategi pelaksanaan yang terpadu melalui: (1) Pengembangan kegiatan ekonomi rakyat yang diprioritaskan pada penduduk miskin perdesaan melalui peningkatan kualitas SDM; (2) Penguatan modal bagi petani, buruhtani dan rumahtangga tani; dan (3) Penguasaan teknologi produksi, pemasaran hasil dan pengelolaan nilai tambah.

Keberhasilan PUAP sangat ditentukan oleh kerjasama dan komitmen seluruh pemangku kepentingan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan dukungan anggaran dari tingkat pusat sampai daerah.

MENTERI PERTANIAN

ANTON APRIYANTONO

Lanjut membaca “PNPM-M Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)”  »»